Tolong, Warga Gaza Terancam Krisis Pangan!
GAZA CITY – Serangan
Israel yang membabi buat ke daerah Gaza mengakibatkan kawasan ini kini
terancam krisis pangan. Banyak peternakan dan area pertanian di Gaza
hancur akibat dibombardir roket-roket Israel. Akibatnya, jumlah pasokan
menurun dan harga bahan pangan terus melambung.
Salah seorang peternak di Gaza, Ashraf al-Helou mengatakan berapapun
pasokan ayam yang dimiliki saat ini mungkin akan menjadi persediaan
terakhir. “Sebagian besar peternakan ayam telah hancur. Ternak terancam
habis, baik akibat serangan Israel maupun karena tidak adanya pakan dan
air,” kata al-Helou kepada Al Jazeera di tokonya.
Al-Helou menjelaskan, kepada para pemasoknya melalui telepon, para
peternak tidak punya persediaan ayam untuk diantarkan. Persediaan yang
dia miliki hanya cukup untuk kebutuhan selama seminggu lebih. “Kalau ada
restoran yang buka, kami sudah kehabisan ayam sejak dua pekan lalu,”
tambah al-Helou.
Sebelum terjadi serangan di Jalur Gaza, satu kilogram ayam dihargai
10 NIS (2,83 dolar AS). Kini dengan persediaan yang terus menipis,
al-Helou memberi harga 15 NIS (4,24 dolar AS).
Menteri Kesehatan Gaza mengatakan, setidaknya 2.102 warga Palestina
tewas dan 10.540 orang lainnya terluka sejak operasi Israel di Gaza
dimulai pada 8 Juli kemarin. Sementara itu, 64 tentara dan tiga warga
sipil Israel tewas beserta seorang pekerja asal Thailand.
Pemboman Israel di Gaza telah menghancurkan sebagian besar
infrastruktur di kota tersebut, termasuk listrik dan air bersih.
Setidaknya 360 pabrik dan bengkel juga rusak akibat pemboman tersebut.
Jumlah ini temasuk 126 bangunan yang runtuh. Kerugian yang terjadi
akibat kerusakan tersebut diperkirakan senilai 47 juta dolar AS.
Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) mengatakan, banyak petani
dan peternak di Gaza terpaksa meninggalkan tanaman dan hewan ternak
mereka. Ini melumpuhkan aktivitas pertanian dan perikanan, serta
mengakibatkan produksi pangan lokal terhenti.
“Hingga saat ini, operasi militer yang terus berlangsung
mengakibatkan sulitnya penghitungan rinci kerusakan pertanian,” kata
Kepala kantor FAO di Tepi Barat dan Jalur Gaza dalam sebuah pernyataan.
FAO memperkirakan, setengah persediaan unggas di Gaza telah hilang,
sementara hasil tangkapan ikan para nelayan turun hingga 9,3 persen.
Mohammed Abu Ajwwa mengatakan, sekitar 500 sapi tewas di ladang
bagian timur kota Gaza. Ini mengakibatkan kerugian sekitar 500 ribu
dolar AS. “Saya memasok susu dan produk susu harian ke sebuah pabrik
lokal. Tapi sekarang tidak ada pabrik, tidak ada pula sapi saya yang
tertinggal,” kata Ajwwa.
Sehari-hari Umm Ghazi
biasanya pergi ke pasar di pusat kota Rafah, di Jalur Gaza Selatan.
Putra bungsunya, Osama, biasanya membantu membawa sayuran. Namun, selama
seminggu terakhir, ia tidak bisa membeli atau membawa pulang banyak
sayuran.
“Bukan hanya produksinya yang buruk, harganya juga tidak terjangkau,”
kata Umm Ghazi sembari memeriksa tomat yang tampak kering dan keriput
pertanda dehidrasi tanaman. FAO melaporkan, di beberapa bagian Jalur
Gaza, harga telur telah mengalami kenaikan sebesar 40 persen. Harga
kentang naik 42 persen dan tomat naik hingga 179 persen.
“Dua puluh tiga NIS (6,5 dolar AS) untuk satu kotak telur. Pekan lalu
harganya 11 NIS (3,11 dolar AS),” Umm Ghazi menambahkan. Pelanggan lain
mengatakan, ukuran telur yang tersedia saat ini lebih kecil dibanding
sebelumnya. Para peternak ayam telah kehilangan sebagian besar ternak
mereka. (mk/knrp)
Sumber: Republika online
No comments:
Post a Comment