Batako Masjid Raya Hancur Saat Ditinju
BANDA ACEH - Kunjungan mendadak anggota Komisi IV DPRA
ke lokasi proyek renovasi Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh,
Selasa (16/2), menimbulkan sejumlah kejutan. Sempat tak diizinkan masuk,
anggota dewan yang dipimpin oleh Wakil Ketua Komisi IV DPRA, Asrizal H Asnawi,
menemukan beberapa kejanggalan, seperti batako yang rapuh serta cor dinding
basement tidak padat.
Amatan Serambi, rombongan Komisi IV DPRA tiba di MRB
sekitar pukul 11.20 WIB. Mereka sempat tertahan beberapa menit di luar pagar,
karena tidak diizinkan masuk ke lokasi proyek oleh petugas keamanan (security)
di pos yang berada di gerbang selatan (di sisi Jalan Mohd Djam).
Kondisi ini membuat beberapa anggota DPRA berang.
Mereka merasa pihak kontraktor menghalang-halangi tugas anggota komisi yang
membidangi pengawasan proyek MRB. Anggota Komisi IV DPRA yang melakukan ‘sidak’
ke lokasi renovasi Masjid Raya Baiturrahman kemarin adalah,
Asrizal H Asnawi, HT Ibrahim, Abdurahman Ahmad, Tgk Muhibussabri, Saifuddin MH,
Abu Bakar Latif, Hendriyono, dan Zuriat Suparjo.
Setelah mendapat izin masuk ke lokasi proyek, para
anggota dewan itu langsung menyebar ke beberapa bagian proyek yang sedang
dikerjakan. Perhatian mereka sempat tertuju ke tumpukan batako yang mereka
nilai berkualitas rendah.
Para anggota dewan terlihat tertawa saat batako yang
akan digunakan untuk pembangunan dinding basement dan bak penampung air limbah,
pecah berhamburan ketika ditinju oleh seorang anggota rombongan. Beberapa orang
lainnya, meremas-meremas pecahan batako hingga hancur berantakan.
“Kalau seperti ini batako yang digunakan, maka
bangunan masjid ini tidak akan tahan lama, dan kami sebagai wakil rakyat juga
akan disalahkan,” ujar anggota DPRA HT Ibrahim di hadapan kontraktor dan
konsultan.
Selain kualitas batako, para anggota DPRA juga
meragukan kulitas dinding basement, karena tidak seluruh dinding dicor padat
oleh pihak kontraktor. Mereka beranggapan, jika masalah itu disepelekan oleh
kontraktor, maka dinding itu dikhawatirkan akan bocor oleh rembesan air.
Wakil Ketua Komisi IV, Asrizal H Asnawi yang
memimpin rombongan mengatakan, mereka akan memeriksa kontrak kerja antara pihak
kontraktor, PT Waskita Karya dengan Pemerintah Aceh. Jika ada poin yang tidak
sesuai kontrak, termasuk batako, maka mereka akan meminta pihak kontraktor
untuk mengganti kembali.
Asrizal mengatakan, dalam sidak itu mereka
mencatat beberapa poin untuk evaluasi, di antaranya mutu besi, mutu beton,
kerapian pekerjaan, dan keselamatan pekerja. Dalam evaluasi ke depan, temuan
saat sidak itu akan disesuaikan dengan kontrak kerja.
Ia juga mengungkapkan, peran pengawas dalam
proyek masih sangat lemah, sehingga batako yang tidak layak pun dipakai oleh
kontraktor. Padahal biaya pengawasan proyek itu mencapai Rp 3 miliar.
Dikatakan, informasi pihak kontraktor pengerjaan
untuk tahun 2015 sudah mencapai 100 persen, dari anggaran Rp 81 miliar yang
diplotkan tahun lalu, mencakup pembangunan basement dan paku bumi. Sedangkan
tahapan keseluruhan proyek saat ini sudah mencapai 21 persen.
Dalam dialog di depan kontraktor dan pengawas
itu, Anggota DPRA Abdurrahman Ahmad meminta kepada semua pihak yang terkait
dengan proyek renovasi Masjid Raya Baiturrahman agar bekerja
secara serius dan sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan.
“Proyek renonasi Masjid Raya ini sempat menimbul
prokontra dalam masyarakat. Jadi kalau dibangun tidak sesuai kontrak dan
asal-asalan, tentu kami DPRA, Pemerintah Aceh, dan kontraktor akan menjadi
sasaran kemarahan dan kekecewaan masyarakat,” ujar Abdurahman Ahmad.
Menanggapi hal tersebut, pengawas Lapangan PT
Waskita Karya, Hasan mengatakan, walaupun dinilai kualitas rendah tapi penggunaan
batako itu tetap aman, karena hanya dipakai sebagai penyangga, bukan pada
bangunan inti.
“Batako itu memang produk dari
pengusaha lokal di Aceh, sedang untuk bangunan utama, seperti pada dinding,
kami menggunakan beton produksi PT Wika yang dikirim dari Surabaya. Jadi
kualitasnya terjamin,” ungkap Hasan.(mun)
Sumber : Serambi Indonesia
No comments:
Post a Comment