Wednesday, February 17, 2016

Batako Masjid Raya Hancur Saat Ditinju


Batako Masjid Raya Hancur Saat Ditinju
Rombongan Komisi IV DPRA, Asrizal H Asnawi (Wakil Ketua Komisi IV), HT Ibrahim, Tgk Muhibbussabri mengecek kualitas batako yang digunakan untuk pembangunan renovasi Masjid Raya Baiturahman Banda Aceh, Selasa (16/2/2016). Dalam sidak tersebut anggota DPRA menemukan sejumlah batako yang digunakan berkualitas buruk. SERAMBI/BUDI FATRIA




BANDA ACEH - Kunjungan mendadak anggota Komisi IV DPRA ke lokasi proyek renovasi Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh, Selasa (16/2), menimbulkan sejumlah kejutan. Sempat tak diizinkan masuk, anggota dewan yang dipimpin oleh Wakil Ketua Komisi IV DPRA, Asrizal H Asnawi, menemukan beberapa kejanggalan, seperti batako yang rapuh serta cor dinding basement tidak padat.

Amatan Serambi, rombongan Komisi IV DPRA tiba di MRB sekitar pukul 11.20 WIB. Mereka sempat tertahan beberapa menit di luar pagar, karena tidak diizinkan masuk ke lokasi proyek oleh petugas keamanan (security) di pos yang berada di gerbang selatan (di sisi Jalan Mohd Djam).

Kondisi ini membuat beberapa anggota DPRA berang. Mereka merasa pihak kontraktor menghalang-halangi tugas anggota komisi yang membidangi pengawasan proyek MRB. Anggota Komisi IV DPRA yang melakukan ‘sidak’ ke lokasi renovasi Masjid Raya Baiturrahman kemarin adalah, Asrizal H Asnawi, HT Ibrahim, Abdurahman Ahmad, Tgk Muhibussabri, Saifuddin MH, Abu Bakar Latif, Hendriyono, dan Zuriat Suparjo.

Setelah mendapat izin masuk ke lokasi proyek, para anggota dewan itu langsung menyebar ke beberapa bagian proyek yang sedang dikerjakan. Perhatian mereka sempat tertuju ke tumpukan batako yang mereka nilai berkualitas rendah.

Para anggota dewan terlihat tertawa saat batako yang akan digunakan untuk pembangunan dinding basement dan bak penampung air limbah, pecah berhamburan ketika ditinju oleh seorang anggota rombongan. Beberapa orang lainnya, meremas-meremas pecahan batako hingga hancur berantakan.

“Kalau seperti ini batako yang digunakan, maka bangunan masjid ini tidak akan tahan lama, dan kami sebagai wakil rakyat juga akan disalahkan,” ujar anggota DPRA HT Ibrahim di hadapan kontraktor dan konsultan.

Selain kualitas batako, para anggota DPRA juga meragukan kulitas dinding basement, karena tidak seluruh dinding dicor padat oleh pihak kontraktor. Mereka beranggapan, jika masalah itu disepelekan oleh kontraktor, maka dinding itu dikhawatirkan akan bocor oleh rembesan air.

Wakil Ketua Komisi IV, Asrizal H Asnawi yang memimpin rombongan mengatakan, mereka akan memeriksa kontrak kerja antara pihak kontraktor, PT Waskita Karya dengan Pemerintah Aceh. Jika ada poin yang tidak sesuai kontrak, termasuk batako, maka mereka akan meminta pihak kontraktor untuk mengganti kembali.

Asrizal mengatakan, dalam sidak itu mereka mencatat beberapa poin untuk evaluasi, di antaranya mutu besi, mutu beton, kerapian pekerjaan, dan keselamatan pekerja. Dalam evaluasi ke depan, temuan saat sidak itu akan disesuaikan dengan kontrak kerja.

Ia juga mengungkapkan, peran pengawas dalam proyek masih sangat lemah, sehingga batako yang tidak layak pun dipakai oleh kontraktor. Padahal biaya pengawasan proyek itu mencapai Rp 3 miliar.

Dikatakan, informasi pihak kontraktor pengerjaan untuk tahun 2015 sudah mencapai 100 persen, dari anggaran Rp 81 miliar yang diplotkan tahun lalu, mencakup pembangunan basement dan paku bumi. Sedangkan tahapan keseluruhan proyek saat ini sudah mencapai 21 persen.

Dalam dialog di depan kontraktor dan pengawas itu, Anggota DPRA Abdurrahman Ahmad meminta kepada semua pihak yang terkait dengan proyek renovasi Masjid Raya Baiturrahman agar bekerja secara serius dan sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan.

“Proyek renonasi Masjid Raya ini sempat menimbul prokontra dalam masyarakat. Jadi kalau dibangun tidak sesuai kontrak dan asal-asalan, tentu kami DPRA, Pemerintah Aceh, dan kontraktor akan menjadi sasaran kemarahan dan kekecewaan masyarakat,” ujar Abdurahman Ahmad.

Menanggapi hal tersebut, pengawas Lapangan PT Waskita Karya, Hasan mengatakan, walaupun dinilai kualitas rendah tapi penggunaan batako itu tetap aman, karena hanya dipakai sebagai penyangga, bukan pada bangunan inti.

“Batako itu memang produk dari pengusaha lokal di Aceh, sedang untuk bangunan utama, seperti pada dinding, kami menggunakan beton produksi PT Wika yang dikirim dari Surabaya. Jadi kualitasnya terjamin,” ungkap Hasan.(mun)



Sumber : Serambi Indonesia

No comments:

Post a Comment

Translate