Written By khairul anwar on Rabu, 03
September 2014 | Rabu, September 03, 2014
Gua Tujuh adalah gua yang dianggap sebagai
peninggalan sejarah oleh masyarakat daerah Laweung. Ada tujuh pintu utama
memasuki Gua Tujua ini. Ke Tujuh pintu tersebut mempunyai sisi yang
berbeda-beda. Lokasinya di Jl. Banda Aceh – Medan KM 100, Desa Laweung,
Kecamatan Muara Tiga, Kabupaten Pidie, Aceh.
Gua ini, dikelilingi dengan gunung yang
tak berhutan. Atau sering disebut dengan pegunungan bebatuan. Memasuki kawasan
Gua Tujuh tentu harus berhati-hati. Karena, jalan menuju ke Makam yang sering
di sebut para Aulia tersebut masih banyak mengalami kerusakan. Jalan yang
terjal dan banyak bebatuan, sehingga pengunjung sulit untuk mengendari sepeda
motor atau bus wiasata.
Dengan Panorama pengunungan bebatuan di
selah-selah bukit tinggi, Gua tujuh terletak diperbatasan sebelah barat.
Tepatnya, bebatasan dengan daerah laweung dekat Selatan. siapapun yang menuju
ke daerah tesebut bisa melepaskan pandangan ke pesisir pantai laut selatan.
Tentu memiliki keindahan tersendiri jika berada di puncak gua tersebut.
“Hampir semua orang pernah mendengar
mengenai Gua Tujuh itu. Meskipun, banyak orang yang menceritakan dengan
berbagai informasi yang di dapatkan. Namun, keakuratan tidak bisa digambarkan
dari mulut ke mulut. Terkesan Gua Tujuh hanya sebagai cerita rakyat belaka”
kata Arif salah seorang yang berkunjung ke Gua Tujuh tersebut.
Anehnya, tempat tersebut tidak bisa di
sebut sebagai parawisata. Karena siapapun yang berkunjung ke Gua Tujuh, di
namakan perjalanan Ziarah para Aulia-Aulia yang pernah bertapa di dalam Gua
Tujuh . “Jika di jadikan wisata, maka pengunjung tidak menjaga etika ketika
berada di gua ini, justru Gua Tujuh bisa dikatakan tempat ziarah banyak
pengunjung. Apalagi, ini tempat suci para Aulia yang sedang bertapa “ kata
Ambiya salah seorang Guide di Gua Tujuh perbukitan Laweung itu.
Seperti dunia mistis, ketika kita
mendengarkan cerita atau sejarah Gua Tujuh. Karena, banyak orang
menggambarkannya dari mulut ke mulut. “Siapa saja bisa menceritakan, asal
mereka berada di wilayah tersebut. Meskipun sudah banyak orang dari luar
melakukan pusat penelitian tentang luasnya Gua Tujuh itu, sampai saat ini belum
ada yang membukukannya” Tambah Ambiya.
Menurut cerita, Gua Tujuh tersebut
terdiiri dari 28 Gua. Dengan pintu utama berjumlah Tujuh, sebagai pintu pembuka
menuju Gua selanjutnya. Hanya Tujuh pintu yang bisa dimasuki oleh orang.
Sedangkan saat ini, hanya tersisa Empat pintu yang masih terbuka lebar. Yang
lainnya sudah tertutup dan tidak bisa dimasuki, dengan berbagai alasan yang
ada. Bisa saja arah gua tersebut terlalu luas, takut tersesat dan tidak tahu
pintu keluarnya . Ditambah lagi, Gua Tujuh itu tidak di beri cahaya lampu
sehingga terlihat sangat gelap dan pekat. Hanya ada cahaya senter yang terlihat
ketika orang memasuki ke dalam gua itu.
Menurut Safrullah (45) Salah seorang
pemandu di Gua Tujuh itu mengatakan, banyak orang yang berkunjung kedaerah
tersebut baik dari Aceh maupun luar aceh seperti dari pulau jawa dan sumatera.
Bahkan, Turis juga pernah sering berkunjung untuk penelitian mengenai keluasan
Gua Tujuh tersebut. Namun, banyak yang gagal karena gua itu tidak bisa di ukur
luasnya.
“Gua ini gua suci, semua Aulia berkumpul
di sini. Mereka bertapa mengharap kasih dari Tuhan. Berjalan sampai ke haji,
melalui perjalan bertapa. Kekuatan mereka menyatu. Ada yang terjatuh kelaut
karena gagal dengan berbagai rintangan ada juga yang berhasil hingga menembus
Tanah Suci”. Kisahnya.
Tidak hanya para Ulama aceh yang
melakukan pertapaan di wilayah gua tujuh ini, tetapi ada juga para ulama dari
luar Aceh, tapi masih banyak yang gagal. Itu terlihat saat para pertapa
meceritakan kisahnya selama beberapa minggu menjalani pertapaan. Ada yang
badannya merah seperti kena cambukan, ada juga dengan selamat membawa kris yang
telah berhasil di ambil dari dalam gua tersebut. Ia juga menuturkan mengenai
pertapaan seorang ulama hingga menuju Arab. Banyak cerita yang dikisahkan
kepada pengunjung, meskipun cerita tersebut terlihat mistis tapi, cerita gua
tujuh tersebut memang ada di dunia nyata.
Salamah (63) adalah warga Laweung di
Desa Suka Jaya. Ia mengisahkan bahwa Gua Tujuh merupakan gua perjalanan haji
para Aulia. Gua Tujuh yang sudah ada berabad-abad itu menurut cerita bukan
sebuah gua yang terbentuk dari peristiwa Alam. Namun, ada suatu kejadian yang
nyata yang tidak bisa di gambarkan oleh manusia sekarang. berbagai
adat-istiadat juga ada di dalam Gua tersebut. Ada sebuah peristiwa penting yang
terjadi di Gua Tujut tujuh itu. Sampai sekarang belum ada Ahli sejarah yang
bisa menelusuri seberapa luas gua tersebut.
Selain itu, Gua Tujuh juga pernah
digunakan sebagai sarana pertapaan (menyendiri). Orang Aceh menyebutnya
‘Kaluet’. Istilah ini tepatnya bernada positif. ‘Kaluet’ merupakan sarana untuk
meningkatkan harmonisasi antara manusia dan Allah SWT. Mereka hanya beribadah.
Biasanya orang yang memilih ‘Kaluet’ ini hingga berbulan-bulan lamanya menetap
dalam gua tersebut. Ditengarai mereka tidak makan dan minum.
Salimah, sebagai orang yang di jadikan
Nara Sumber ketika mendapatkan informasi tentang Gua Tujuh itu menjawab dengan
lisan dan cerita dari nenek buyutnya zaman dahulu. Lagenda Gua Tujuh merupakan
peristiwa penting sampai sekarang. faktanya, masih banyak orang-orang para
Ulama yang datang dari Aceh, Pulau Jawa, dan juga Luar Negeri untuk melakukan
percobaan Pertapaan. Dikisahkan, ada seorang perempuan yang cantik dan Solehah
datang ke tepat itu, puluhan tahun yang lalu. Ia berniat ingin melakukan
pertapaan ke dalam Gua tersebut. Belum sampai seminggu, di dalam gua yang gelap
gulita, perempuan itu langsung keluar dengan kondisi tubuh yang bengkak seperti
ada pukulan cambuk di bagian belakangnya. Mendengar cerita tersebut bagi
masyarakat modern tentu sangat tidak masuk akal. Namun, itulah realita yang
terkisah di Gua Tujut itu.
Cerita mistis lainnya terkait harta
benda yang dikandung Gua Tujuh. Diyakini, Gua Tujuh banyak memiliki peninggalan
emas. Sebagian sumber memercayai emas itu milik kerajaan Aceh masa lalu yang
dikuburkan disana. Sebagian lain merasa emas itu fatamorgana. Hanya bisa
dilihat oleh Aulia, orang yang dianggap keramat.
Untuk mengamati pintu masuk gua ini,
banyak orang yang mengantung sendi kehidupan disana. Dengan berjualan minuman,
dan makanan yang di sediakan khusus unntuk para pengunjung. Indahnya lagi,
tempat ini tidak di tarik biaya apapun , termasuk untuk memasuki gua tersebut.
Hanya saja pengunjung bisa membayar dengan seihklasnya kepada para guide yang
sudah mendampingi pengunjung mulai dari pintu masuk hingga pintu arah keluar
gua tersebut.
Soal perawatan dan penjagaan Gua Tujuh,
sudah ada dalam tatanan aturan pemerintah kota Pidie yang berhubungan dengan
Dinas Pariwisata. “Disana, para Guide sudah mendapatkan jatah masing-masing,
meskipun hanya sedikit” Ujar Safrullah, tidak ingin deketahui berapa gajinya
perbulan sebagai penjaga Gua Tujuh itu.
Pengunjung juga banyak pantangan jika
memasuki gua tersebut. Salah satunya, tidak bisa bepaikaian yang terlalu ketat
seperti celana Jeans dan Lejing. Apa lagi pergi berdua-duaan. Itu sangat di
larang, karena untuk menjaga hal yang tidak di inginkan.
Didalam gua tersebut, ada juga ukiran
ayat Allah yang tertulis jelas di atap bebatuan gua. Nukilan Bismillah itu
bukanlah ciptaan Manusia, akan tetapi memang sudah ada dari bebatuan di atas
atap Gua itu. Biasanya tulisan Ayat Allah tersebut akan mengeluarkan tetesan
air, dan air tersebut di tampung dalam Drum. Jika pagi hari, hanya penjaga
gualah yang berhasil mengambil air tersebut dan memasukkannya kedalam botol
Aqua. Kemudian, air tersebut di pasarkan kepada pengunjung. Alkisah, air
tersebut bisa menyembuh berbagai penyakit.
No comments:
Post a Comment