Surat Mantan Prajurit GAM untuk
Pemimpin Aceh
atjehpost.com
| 12 September 2014 - 13:59 pm
Yang dulunya
perampok, kembali lagi merampok, yang pemabok kembali mabuk-mabukan, yang agen
ganja kembali jualan ganja lagi, yang pencuri balik mencuri lagi.
KAMI para kombatan aneuk bawang/prajurit GAM menulis
surat untuk para petinggi GAM yang kini sudah duduk dikursi empuk. Harapan
kami, The Atjeh Post, sudi kiranya memuat surat ini yang memang berasal dari
suara hati kami.
Wahai pemimpin kami, 9 tahun perjanjian damai (MoU
Helsinki) sudah berlalu, namun reintegrasi eks kombatan belum berjalan
maksimal, seakan perjanjian MoU Helsinki antara RI dan GAM tidak berarti bagi
mantan prajurit GAM, oleh karenanya perlu pembenahan atau perhatian khusus dari
Pemerintah Aceh kepada mantan prajurit GAM.
Hari ini kita sama-sama bisa bisa lihat kondisi
kehidupan Eks kombatan yang dulu memanggul senjata melawan Pemerintah Jakarta
hanya untuk satu tujuan merdeka dan menuntut hak-hak rakyat Aceh yang tidak
sesuai dengan pengorbanannya dalam mengusir penjajah kafir Belanda, hingga
Republik Indonesia bisa berdiri jadi sebuah negara yang merdeka, dan merah
putih bisa berkibar sampai detik ini.
Maka hari ini dengan semangat juang dan sumpah setia
pada perjuangan suci, untuk mengulang sejarah atau menunjukkan pada pemerintah
RI bahwa kami rakyat Aceh menginginkan keadilan yang sesuai dengan pengorbanan
nenek moyang kami pada NKRI.
Walaupun dasar perjuangan kami untuk memisahkan diri
dari NKRI, tetapi demi menghindari jatuhnya korban di pihak sipil terus menerus
yang tidak berdosa maka pemimpin kami mengambil sikap berhenti berjuang dengan
senjata dan memilih memperjuangkan hak-hak rakyat lewat jalur diplomasi dan
politik.
Dengan berakhirnya perang senjata lewat perundingan
damai/ MoU Helsinki, kita harus menjaga dan merawat, mengawal isi perjanjian
tersebut. Maka dengan adanya perjanjian dan kami lihat keseriusan Pemerintah
Pusat dalam memberi rasa keadilan pada kami rakyat Aceh, maka keinginan untuk
merdeka sudah kami lupakan. Namun, jika suatu saat Pemerintah Pusat
mengkhianati perjanjian ini maka kami akan kembali mengulang sejarah lama.
Menyangkut dengan nasip prajurit GAM hari ini masih
jauh dari harapan kita bersama, baik dari segi ekonomi atau pembinaan
ketrampilan dan keahlian untuk bisa berintegrasi dan menjadi modal untuk hidup
seperti layaknya masyarakat biasa.
Harapan kami, sudi kiranya Pemerintah Aceh hari ini
yang sudah dipilih oleh rakyat Aceh dengan segala kekuasaan dan wewenang
kiranya dapat memberi kehidupan baru bagi mantan pejuang Aceh. Seandainya
ada perhatian dan bimbingan khusus bagi prajurit GAM, maka anggalah itu sebagai
rasa terimakasih pada mereka.
Mereka sudah berjuang bertahun-tahun membela hak dan
martabat rakyat Aceh, hingga Pemerintah Pusat menanggapi serius dan perhatian
khusus untuk Wilayah Aceh, 70% kewenangan dan bagi hasil sudah di kembalikan
pada Aceh, kiranya itulah hasil perjuanggan kita rakyat Aceh, dengan letusan
senjata dari pegunungan Aceh yg dihayunkan oleh pemuda-pemuda Aceh yang ingin
menuntut keadilan, hingga dapat kita nikmati hari ini dari buah hasil
perjuangan mereka, pengorbanan mereka, bayangkanlah saudaraku.
Ketika Aceh sudah damai umurpun sudah bertambah, dulu
saya berumur 18 tahun kini sudah 33 thn, apa yang harus mereka lakukan, kemana
mereka harus melangkah?
Bagi yang punya pengalaman dasar bisa saja mereka
kembali sesuai dengan profesi mereka masing-masing. Yang dulunya perampok,
kembali lagi merampok, yang pemabuk kembali mabuk-mabukan, yang agen ganja
kembali jualan ganja lagi, yang pencuri balik mencuri lagi.
Itukah yang namanya tanggungjawab reintegrasi? Bagi
kami prajurit tidak menuntut hak harus sama seperti teungku-teungku yang di
atas yang sudah di ruangan ber-AC, kursi empuk, dan naik mobil mewah, karena
kamipun sadar kita hidup tetap harus ada aturan. Blang meu-ateung urueng
meu-peutua.
Tapi kami menginginkan sedikit perhatian, secuil
makanan, tidak perlu hidup kaya asal bisa bertahan, karena kami tahu perjuangan
belum selesai sampai di sini.
Namun setidaknya dalam masa damai ini kami butuh
sesuatu yang bisa menghilangkan ide-ide yang ekstrim, pemikiran-pemikiran yang
memberontak, yang berujung pada merusak perdamaian.
Pesan kami, janganlah terjebak pada mulut manis yang
suka memuji perjuangan GAM, boleh jadi itu adalah racun yang hendak
menjerumuskan kita. Dan itu berada dalam lingkaran kekuasaan.
Tapi kita beri apresiasi pada orang-orang yang sering
mengkritik perjuangan GAM. Mereka yang mengkritik berbagai kelemahan akibat
kealpaan kita sekarang ini. Kami yakin kritikan ini adalah sebuah perhatian.
Harapan pada DPRA dari Partai Aceh, nanti tolong
mengakomodir program-program yang mengarah pada pembinaan mantan kombatan...
Demikian, saya menulis surat ini mewakili teman-teman
eks kombatan aneuk bawang.
Wassalam
Imran Nisam, eks kombatan wilayah Pase yang selamat dalam pengepungan
Paya Cot Trieng secara besar besaran tahun 2001.Berita Terkait:
- So Sweet, di Sela Tugas Doto Zaini Sempatkan Beli Oleh-oleh untuk Istri
- Gubernur Kritik PLTU Nagan Raya
- Gubernur Zaini Mulai Kunker ke Pantai Barat - Tengah Aceh
- Gubernur Zaini Resmikan Gedung Unmuha
- Gubernur Zaini dan Menteri Chairul Tanjung Bahas RPP Migas
Terpopuler:
- Cek Mad: Mau Ekspor Apa, Kumis Bupati?
- Menonton Wafatnya Teungku Chik Di Tiro
- [FOTO]: Wagub Mualem Dipeusijuek Ulama Kharismatik Aceh
- Mahasiswi Unsyiah: Tampil Trendy Gak Harus Jilboobs
No comments:
Post a Comment