Saturday, July 26, 2014

Afghanistan Sambut Idul Fitri di Tengah Ancaman

Afghanistan Sambut Idul Fitri di Tengah Ancaman

Dokumen foto warga Afghanistan membuat kue-kue manis di satu pabrik tradisional menjelang Idul Fitri di Kabul, Afghanistan, Kamis (24/7). (REUTERS/Mohammad Ismail)

 Kabul (ANTARA News/Xinhua-OANA) - Di tengah keprihatinan mengenai keamanannya, umat Muslim Afghanistan kini sibuk berbelanja dan membuat persiapan untuk merayakan Idul Fitri, penutup Bulan Suci Ramadhan.

Toko penganan dan kios tukang jahit di pasar Afghanistan selama beberapa hari belakangan ini dipenuhi konsumen yang ingin merayakan Idul Fitri.

"Saya menunggu untuk mengambil pakaian yang saya pesan buat saya sendiri, istri saya dan anak-anak saya," kata seorang warga Kabul, Mohammad Azim, kepada Xinhua.

Namun, Azim telah menyampaikan keprihatinan mengenai serangan Taliban, dan berharap kelompok bersenjata itu menghormati rakyat Afghanistan untuk merayakan Idul Fitri.

Selama beberapa pekan belakangan ini faksi Taliban telah melanjutkan serangan di berbagai bagian wilayah Afghanistan. Masih diragukan apakah gerilyawan itu, yang juga dikenal sebagai penganut agama yang taat, akan menghentikan serangan selama Idul Fitri 1435 Hijriyah.

Anggota Taliban dalam serangan sengit paling akhirnya, menurut laporan media, menewaskan 16 pelancong, semuanya warga sipil, di Provinsi Ghor di bagian tengah Afghanistan pada Rabu (23/7), hanya beberapa hari sebelum Idul Fitri yang diperkirakan jatuh pada Senin (28/7).

Seperti Azim, kebanyakan orang Afghanistan memenuhi kedai penjahit, toko penganan untuk memiliki pakaian baru dan membeli penganan, kue coklat serta kue lain untuk menyambut tamu saat Idul Fitri.

Di Afghanistan Idul Fitri adalah hari raya yang berlangsung selama tiga hari, sehingga semua toko dan kantor tutup. Umat Muslim biasanya saling mengunjungi dan bersilaturahim.

Selama Ramadhan dan Idul Fitri, sisi lain Afghanistan biasanya muncul dan itu adalah tingginya angka kemiskinan di negara yang dicabik pertempuran tersebut.

Selama hari raya itu, banyak pengemis berkeliaran di jalan. Lelaki, perempuan dan anak kecil duduk di trotoar untuk meminta sedekah dari pejalan kaki dan pengendara.

Seorang pengemis yang mengaku bernama Shazia berkata kepada Xinhua, "Suami saya meninggal dalam serangan bunuh diri sekitar dua tahun lalu di Kabul, dan sejak itu saya terpaksa mengemis untuk menunjang keluarga."

Shazia mengatakan, dengan uang hasil mengemis akan dibelikannya pakaian bekas bagi empat anaknya, agar mereka bisa gembira selama Idul Fitri.

Ia mengaku masih khawatir bahwa Taliban akan menyerang lagi di tengah Idul Fitri. Ia sangat cemas akan tewasnya warga sipil layaknya sang suami tercinta.
(Uu.C003)

Editor: Priyambodo RH

No comments:

Post a Comment

Translate