Afghanistan Sambut Idul Fitri di Tengah Ancaman
Dokumen foto warga Afghanistan membuat kue-kue manis di satu pabrik tradisional menjelang Idul Fitri di Kabul, Afghanistan, Kamis (24/7). (REUTERS/Mohammad Ismail) |
Kabul (ANTARA News/Xinhua-OANA) - Di tengah keprihatinan mengenai
keamanannya, umat Muslim Afghanistan kini sibuk berbelanja dan membuat
persiapan untuk merayakan Idul Fitri, penutup Bulan Suci Ramadhan.
Toko penganan dan kios tukang jahit di pasar Afghanistan selama
beberapa hari belakangan ini dipenuhi konsumen yang ingin merayakan Idul
Fitri.
"Saya menunggu untuk mengambil pakaian yang saya pesan buat saya
sendiri, istri saya dan anak-anak saya," kata seorang warga Kabul,
Mohammad Azim, kepada Xinhua.
Namun, Azim telah menyampaikan keprihatinan mengenai serangan
Taliban, dan berharap kelompok bersenjata itu menghormati rakyat
Afghanistan untuk merayakan Idul Fitri.
Selama beberapa pekan belakangan ini faksi Taliban telah melanjutkan
serangan di berbagai bagian wilayah Afghanistan. Masih diragukan apakah
gerilyawan itu, yang juga dikenal sebagai penganut agama yang taat,
akan menghentikan serangan selama Idul Fitri 1435 Hijriyah.
Anggota Taliban dalam serangan sengit paling akhirnya, menurut
laporan media, menewaskan 16 pelancong, semuanya warga sipil, di
Provinsi Ghor di bagian tengah Afghanistan pada Rabu (23/7), hanya
beberapa hari sebelum Idul Fitri yang diperkirakan jatuh pada Senin
(28/7).
Seperti Azim, kebanyakan orang Afghanistan memenuhi kedai penjahit,
toko penganan untuk memiliki pakaian baru dan membeli penganan, kue
coklat serta kue lain untuk menyambut tamu saat Idul Fitri.
Di Afghanistan Idul Fitri adalah hari raya yang berlangsung selama
tiga hari, sehingga semua toko dan kantor tutup. Umat Muslim biasanya
saling mengunjungi dan bersilaturahim.
Selama Ramadhan dan Idul Fitri, sisi lain Afghanistan biasanya
muncul dan itu adalah tingginya angka kemiskinan di negara yang dicabik
pertempuran tersebut.
Selama hari raya itu, banyak pengemis berkeliaran di jalan. Lelaki,
perempuan dan anak kecil duduk di trotoar untuk meminta sedekah dari
pejalan kaki dan pengendara.
Seorang pengemis yang mengaku bernama Shazia berkata kepada Xinhua,
"Suami saya meninggal dalam serangan bunuh diri sekitar dua tahun lalu
di Kabul, dan sejak itu saya terpaksa mengemis untuk menunjang
keluarga."
Shazia mengatakan, dengan uang hasil mengemis akan dibelikannya
pakaian bekas bagi empat anaknya, agar mereka bisa gembira selama Idul
Fitri.
Ia mengaku masih khawatir bahwa Taliban akan menyerang lagi di
tengah Idul Fitri. Ia sangat cemas akan tewasnya warga sipil layaknya
sang suami tercinta.
(Uu.C003)
Editor: Priyambodo RH
No comments:
Post a Comment