Monday, March 14, 2016

Kisah Pilu Pengguna Plat BL di Sumatera Utara

Kondisi salah satu armada asal Aceh (PMTOH), yang dilempari oknum saat memasuki kawasan Tanjung Pura - Sumut.




AMP - Awal Januari 2016, Muhammad (30) sopir truck Colt Diesel tiba di kawasan Tanjung Pura sekra pukul 03.00 WIB. Tiba-tiba kaca pintu sebelah kiri pecah. Kernetnya sesaat kemudian menemukan satu butir pelor besi tersangkut di kaca yang dilapisi plastik pendingin.
 
“Itu bukan pengalaman pertama. Truck saya seringkali dilempari. Di kawasan Besitang, Tanjung Pura hingga menjelang memasuki Kota Medan. Kalau bukan dilempari, ya dipungli oleh polisi yang gemar merazia hampir tiap malam. Nyaris setiap satu kilometer, saya harus menservis polisi. Kalau pengalaman ditembak dengan softgun baru kali ini,” ujarnya kepada aceHTrend.Co, Sabtu (11/3/2016).

Cerita yang nyaris senada juga disampaikan oleh Nazar. Sopir muda drop out SD ini kepada aceHTrend berkisah bahwa truck yang dia setir seringkali dilempari oleh anak-anak usua SMP atau SMA begitu dia melintasi perbatasan Aceh. 

“Saya sering bergumam bahwa begitu memasuki Medan, berarti masuk ke negeri tanpa peradaban jalan raya. Siapapun, asal warga tempatan yang di back up polisi, bisa berbuat sesuka hati kepada angkutan yang memakai plat BL,” ujar Nazar.

Kisah penzaliman di jalan raya terhadap BL bukan hanya dialami oleh awak truck saja. Pengguna bus besar, bus kecil serta minibus pribadi, juga sering menceritakan hal yang sama.
Saiful (40) salah seorang pengusaha kecil pernah mengeluhkan kondisi tersebut kepada polisi. Namun jawaban mereka sungguh menyakitkan.

“Saat itu saya mengeluhkan pungli di sepanjang jalan ketika memasuki Sumut. Namun jawab polisi itu: pintar- pintar kau lah di jalan,” ujar Saiful.

Malam Hari

Dari hasil penelusuran aceHTrend, baik pelemparan bus/truck serta pungli yang dilakukan oleh oknum warga dan polisi, dilakukan malam hari hingga pagi.

Menurut sejumlah informasi, polisi serta oknum pelempar batu atau penembak dengan softgun, sepertinya ada hubungan simbiosis mutualisme. Walau acapkali dikeluhkan oleh pengguna plat BL, tapi aksi mereka tidak kunjung meredup.

“Malah makin dikeluhkan, aksi mereka semakin menjadi-jadi,” ujar Irwan, pengemudi minibus pribadi yang nyaris tiap minggu bolak-balik Aceh-Sumut untuk urusan bisnis.

Meminta Pemerintah Aceh Bertindak

Kepada aceHTrend, sejumlah pengguna plat BL yang kerap ke Sumut, meminta Pemerintah Aceh melakukan langkah kongkrit.

“Kami sudah jenuh dengan kondisi ini. Seolah-olah Sumut dan Aceh bukan lagi Indonesia. Padahal, walau tetap nakal, polisi Aceh tidak sejagat polisi di lintasan Sumut,” ujar Nazar.

Menurut Nazar dan sejumlah sopir lainnya secara terpisah, keluhan mereka bukan hanya karena persoalan uang. Tapi juga soal keselamatan sopir dan penumpang.

Untuk itu, mereka berharap agar Pemerintah Aceh mau menegur Pemda Sumut dan Polda di sana. Karena aksi pungli dan pelemparan/penembakan mobil asal Aceh sudah semakin merajalela. [sumber: acehtrend.co]

No comments:

Post a Comment

Translate