Wednesday, April 29, 2015

Kelestarian Lingkungan Terancam, Galian C Illegal Kian Merajalela

Hj. Nuraina, SKM,M.Si (Kepala Badan Lingkungan Hidup) Kabupaten Aceh Utara, Rabu (29/04/2015). hR/Syukri MD

Aceh Utara, haba RAKYAT
Dengan beragamnya pola hidup serta status sosial masyarakat, ditambah dengan kegiatan pertambangan yang berpotensi menimbulkan dampak buruk terhadap kelestarian lingkungan, sejumlah Kecamatan dalam lingkup Kabupaten Aceh Utara saat ini semakin terancam dengan adanya oknum-oknum terkait membuka usaha bahan galian golongan C secara Illegal.

Menurut amatan haba RAKYAT dapat dipastikan akan akibat terjadinya kerusakan lingkungan luar biasa bila hal ini terus dibiarkan terjadi, terlebih lagi akibat ulah tersebut bakal munculnya berbagai jenis penyakit pada masyarakat yang mungkin sebelumnya tidak ada atau jarang terjadi. Adanya perubahan kehidupan sosial, sehingga tidak jarang menimbulkan masalah akibat adanya perbedaan yang mungkin tidak bisa diterima masyarakat setempat. Hal tersebut memungkinkan akan timbulnya kerawanan keamanan yang dapat mengganggu ketentraman masyarakat sekitar bahkan terhadap lancaran pertambangan itu sendiri.

Hj. Nuraina, SKM, M.Si selaku Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Aceh Utara mengungkapkan “bahwa sejumlah galian C Illegal sampai saat ini masih aktif beroperasi sedikitnya di lima Kecamatan dalam lingkup Kabupaten Aceh Utara antara lain, Kecamatan Paya Bakong, Sawang, Langkahan, Cot Girek dan Geureudong Pase”, betapa hancurnya lingkungan hidup di Aceh Utara sekarang ini akibat ulah tangan-tangan oknum yang menjalankan usaha Galian C secara Illegal. Pada hal mereka tidak memiliki dokumen yang sah dalam operasional mereka secara resmi, ungkapnya.

Dengan tegas beliau juga menyatakan bahwa galian C yang beroperasi dilima Kecamatan tersebut telah melanggar Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan terhadap lingkungan hidup. “Mereka tidak mengelola tapi malah merusak lingkungan hidup, jelas-jelas mereka sudah melanggar UU No. 32 Tahun 2009,” ungkapnya lagi.

Salah satu proyek galian C Illegal yang membandel adalah milik perusahaan PT. Karya Syakila Group (PT. KSG) yang membukagalian C di Desa Alue Leuhop Kecamatan Cot Girek. “Wah, kalau yang di Alue Leuhop itu kerusakan lingkungan sudah mencapai 60% akibat galian C milik PT. Karya Syakila Group, itu Illegal. Selain itu di Kecamatan Paya Bakong juga parah,” tambahnya.

(hR/Syukri MD)

Mobilegeddon – Pembaruan Algoritma Google

Akhirnya datang juga, bersiaplah menghadapi Mobilegeddon.


Google, beberapa minggu lalu, telah mengumumkan bahwa pihaknya akan mengubah algoritma pencarian untuk mendukung website yang mobile friendly. Dengan membuat pengumuman ini, raksasa mesin pencari tersebut telah resmi membuat mobile friendly sebagai salah satu faktor peringkat utama. Website, halaman arahan, dan blog yang responsif (mobile friendly) akan mendapatkan peringkat yang lebih baik dari pada sebelumnya.

Pembaruan ini akan memiliki dampak besar pada hasil SERP. Dalam hal persentase, Google mengatakan bahwa lebih dari 70% dari situs, halaman arahan, dan blog akan merasakan dampak Mobilegeddon. Itu karena, hanya 40% dari situs di seluruh dunia saat ini yang responsif, dan hanya 65% dari perusahaan yang mengoptimalkan situs mereka untuk pengguna ponsel. Banyak ahli merasa bahwa pembaruan algoritma terbaru Google pasti memiliki dampak yang lebih besar daripada Penguin dan Panda.

Apakah Anda Siap untuk Perubahan?
Untuk mencegah kepanikan dan kebingungan di kalangan webmaster, raksasa teknologi itu telah melakukan dua hal:
Google telah menjelaskan apa yang dimaksud mobile friendly. Menurut Google, website yang termuat dengan baik pada layar ponsel, dengan ruang yang cukup antara link, navigasi user friendly, dan memiliki teks yang tidak sulit untuk dibaca – merupakan situs, halaman arahan, atau blog yang mobile friendly (ramah ponsel).
Google juga telah menawarkan alat baru untuk webmaster untuk memeriksa apakah situs web mereka secara memadai dioptimalkan untuk perangkat mobile. Selain itu, situs responsif akan terdaftar dengan tag ‘mobile friendly’ pada SERP mobile.

Mobilegeddon – Angin Perubahan?
Dengan diperkenalkannya Mobilegeddon, Google menunjukkan tanda-tanda yang menunjukkan perubahan arah. Beberapa ahli berpikir begitu. Mereka merasa bahwa sampai sekarang, motto Google adalah “Konten adalah Raja”. Konten yang relevan dan berkualitas masih merupakan faktor kunci dalam mengukur nilai sebuah situs, tapi ‘Pengalaman Pengguna’ secara perlahan mengejar. Banyak pengguna sekarang merasa situs yang menawarkan konten berkualitas, tetapi tingkat pengalaman pengguna di bawah rata-rata adalah kurang bermanfaat bagi pengunjung. Selain itu, hampir 65% dari lalu lintas web, saat ini, berasal dari perangkat mobile. Hal ini membuat pengalaman pengguna menjadi sesuatu yang kritis. Dalam hal perangkat mobile, representasi dari suatu halaman web, navigasi, dan ukuran teks memiliki dampak besar pada keberhasilan atau kegagalan sebuah situs web.

Setelah Terkena, apakah akan ada kesempatan lain?

Terkena pukulan Mobilegeddon bukanlah akhir dunia. Tentu, Anda mungkin akan melihat hampir 50% penurunan pada lalu lintas ke situs Anda. Tapi, Anda bisa cepat pulih dan kembali berada dalam daftar Google. Yang harus Anda lakukan adalah bertindak cepat dan mengoptimalkan situs Anda untuk perangkat mobile. Salam luar biasa.....

Monday, April 27, 2015

Exxon Mobil Akan Melakukan Penggusuran, Warga Nibong Cemas | Donya Lam Beurita

Exxon Mobil Akan Melakukan Penggusuran, Warga Nibong Cemas | Donya Lam Beurita

Exxon Mobil Akan Melakukan Penggusuran, Warga Nibong Cemas


Kondisi Rumah Ibu Habibah. Sabtu, (25/04/2015) foto/hR/Syukri MD


ACEH UTARA, haba RAKYAT
Terkait rencana akan dilakukannya penggusuran oleh pihak Perusahaan Exxon Mobil atau sering disebut MOI yakni salah satu proyek vital yang ada di Kabupaten Aceh Utara. Di sepajang areal jalan line pipe mulai dari Simpang Ceubrek sebagai sasaran target penggusuran, hingga menimbulkan kecemasan masyarakat yang tinggal di area tersebut, Sabtu (25/04).

Pasalnya kecemasan masyarakat mucul dikarenakan berbagai alasan sosial mereka antara lain salah seorang warga Nibong Kabupaten Aceh Utara bernama Habibah (55) tahun, turut merasakan kecemasan tersebut. Daerah Milik Jalan (DAMIJA) selama ini banyak warga sekitar lahan tersebut memanfaatkan sebagai lapak untuk berjualan bahkan sekaligus ada yang menjadikannya sebagai tempat tinggal mereka.

”Saya merasa cemas, selama ini pihak perusaan gencar melakukan penggusuran, jika kami di gusur tidak tau harus tinggal dimana”, ujar Habibah.

Habibah juga mengungkapkan, bahwa dirinya bersama keluarga telah menetap di lokasi tersebut selama satu tahun. Janda penjual gorengan tersebut berharap, jika ada penggusuran dari pihak perusahaan supaya ada santunan ganti rugi dari pihak perusahaan.

”Jikapun nantinya pihak Perusahaan Exxon Mobil bersi keras tetap akan menggusur, saya harap ada santunan ganti rugi sehingga dapat memperbaiki rumah tempat tinggal lama kami yang sudah tidak layak huni lagi, harap Habibah. (hR/Syukri MD)

Saturday, April 25, 2015

Kurangnya Perhatian Terhadap Eks Kombatan, Kelompok Din Minimi Cs Bangkit!


Razali Yusuf, Ketua LSM Aceh Future, Sabtu (25/04/2015). (Foto/hR/MeurahPasee)

Aceh Future, Haba RAKYAT
Kalangan tokoh masyarakat, dari mantan kombatan GAM menuding terusiknya perdamaian Aceh bukan saja semata-mata saat kelompok bersenjata api Din Minimi cs muncul kepermukaan. Namun, terpuruknya kondisi kenyaman Aceh disebabkan banyaknya indikasi korupsi berjamaah di badan pemerintah Aceh.
Hal tersebut disampaikan ketua lembaga Acheh Future, Razali Yusuf, Sabtu (25/04/15) melalui emailnya. “Kita dari lembaga banyak mendapatkan keluhan dari tokoh masyarakat. Bahkan dari mantan kombatan GAM juga mantan pejuang Aceh Merdeka (AM),” kata Razali Yusuf.
“Mereka juga menuding perdamaian Aceh terusik dengan tidak adanya keadilan dalam mensejahtera ekonomi eks TNA atau GAM/AM kususnya, dan masyarakat Aceh pada umumnya,” tambahnya.
Ia juga sepakat dengan apa yang disampaikan oleh beberapa eks kombatan terhadap lembaga itu. Menurut Razali, kemunculanya kelompok-kelompok tertentu seperti Din Minimi, disebabkan minimnya pembinaan yang layak bagi mereka, sehingga kelompok-kelompok tersebut harus mengambil sikap yang dapat mungusik perdamaian, kendatipun telah belangsung.
“Mereka bersikap demikian, dikarenakan pembiaran. Pemimpin mereka telah melanggar hak-hak yang seharusnya mereka nikmati dari buah hasil perdamaian,” imbuh Razali Yusuf.
“Harapan rakyat Aceh, khususnya mereka terhadap pemimpin yang saat ini mengisi jabatan penting dalam pemerintah Aceh, agar sesekali berpalinglah kebelakang, supaya kita tidak jatuh lagi ke lobang yang sama,” sambungnya.
Razali Yusuf juga mengindikasikan kondisi ekonomi Aceh saat ini jauh lebih parah dari yang pernah terjadi di Aceh. Kehidupan masyarakat terinkasi sangat bergantungan pada anggaran pendapatan belanja daerah seperti APBA dan APBK. “Kita mendesak
Gubernur Aceh Zaini Abdullah dan Wakil Gubernur Aceh Muzakir Manaf yang merupakan pucuk pimpinan Aceh untuk mencegah terjadinya pepecahan antar sesama, jangan mengambil sikap disaat untuk diobati. Cegahlah sebelum terjadi, sejahterakan ekonomi masyarakat saat ini harus diutamakan,” tukasnya lagi.
Selaku ketua lembaga Acheh Future, Razali Yusuf mengatakan, pihaknya telah menyampaikan semua keluhan masyarakat, tak terkecuali mantan kombatan kepada pemerintah Aceh. Namun. Ia mengakui, laporan tersebut tak lain hanya untuk menambah isi tong sampah.
“Permasalahan  yang kami dapatkan di hasil tim kami surve di 17 kabupaten kota, bahwa mereka sangat mengharapkan keadilan dan kesejateraan dengan menjalani hidup yang layak. Tidak semua dari mereka mengharapkan paket-paket proyek seperti PL. Tapi pemerataan ekonomi yang memadai sangat diharapkan. Tapi sayangnya, masukan yang kami berikan di abaikan begitu saja, dan sekarang apa yang terjadi?, maka lahirlah barisan-barisan kecewa yang menyorengkan marwah atau nama baik perjuangan rakyat Aceh, Bila hal tersebut terus dibiarkan, maka kita tunggu saja, mungkin kelompok GLM atau Basoka atau apa saja yang muncul,” pungkas Razali Yusuf.(hR/MeurahPasee).

Kurangnya Perhatian Terhadap Eks Kombatan, Kelompok Din Minimi Cs Bangkit!



Aceh Future, Haba RAKYAT
Kalangan tokoh masyarakat, dari mantan kombatan GAM menuding terusiknya perdamaian Aceh bukan saja semata-mata saat kelompok bersenjata api Din Minimi cs muncul kepermukaan. Namun, terpuruknya kondisi kenyaman Aceh disebabkan banyaknya indikasi korupsi berjamaah di badan pemerintah Aceh.
Hal tersebut disampaikan ketua lembaga Acheh Future, Razali Yusuf, Sabtu (25/04/15) melalui emailnya. “Kita dari lembaga banyak mendapatkan keluhan dari tokoh masyarakat. Bahkan dari mantan kombatan GAM juga mantan pejuang Aceh Merdeka (AM),” kata Razali Yusuf.
“Mereka juga menuding perdamaian Aceh terusik dengan tidak adanya keadilan dalam mensejahtera ekonomi eks TNA atau GAM/AM kususnya, dan masyarakat Aceh pada umumnya,” tambahnya.
Ia juga sepakat dengan apa yang disampaikan oleh beberapa eks kombatan terhadap lembaga itu. Menurut Razali, kemunculanya kelompok-kelompok tertentu seperti Din Minimi, disebabkan minimnya pembinaan yang layak bagi mereka, sehingga kelompok-kelompok tersebut harus mengambil sikap yang dapat mungusik perdamaian, kendatipun telah belangsung.
“Mereka bersikap demikian, dikarenakan pembiaran. Pemimpin mereka telah melanggar hak-hak yang seharusnya mereka nikmati dari buah hasil perdamaian,” imbuh Razali Yusuf.
“Harapan rakyat Aceh, khususnya mereka terhadap pemimpin yang saat ini mengisi jabatan penting dalam pemerintah Aceh, agar sesekali berpalinglah kebelakang, supaya kita tidak jatuh lagi ke lobang yang sama,” sambungnya.
Razali Yusuf juga mengindikasikan kondisi ekonomi Aceh saat ini jauh lebih parah dari yang pernah terjadi di Aceh. Kehidupan masyarakat terinkasi sangat bergantungan pada anggaran pendapatan belanja daerah seperti APBA dan APBK. “Kita mendesak
Gubernur Aceh Zaini Abdullah dan Wakil Gubernur Aceh Muzakir Manaf yang merupakan pucuk pimpinan Aceh untuk mencegah terjadinya pepecahan antar sesama, jangan mengambil sikap disaat untuk diobati. Cegahlah sebelum terjadi, sejahterakan ekonomi masyarakat saat ini harus diutamakan,” tukasnya lagi.
Selaku ketua lembaga Acheh Future, Razali Yusuf mengatakan, pihaknya telah menyampaikan semua keluhan masyarakat, tak terkecuali mantan kombatan kepada pemerintah Aceh. Namun. Ia mengakui, laporan tersebut tak lain hanya untuk menambah isi tong sampah.
“Permasalahan  yang kami dapatkan di hasil tim kami surve di 17 kabupaten kota, bahwa mereka sangat mengharapkan keadilan dan kesejateraan dengan menjalani hidup yang layak. Tidak semua dari mereka mengharapkan paket-paket proyek seperti PL. Tapi pemerataan ekonomi yang memadai sangat diharapkan. Tapi sayangnya, masukan yang kami berikan di abaikan begitu saja, dan sekarang apa yang terjadi?, maka lahirlah barisan-barisan kecewa yang menyorengkan marwah atau nama baik perjuangan rakyat Aceh, Bila hal tersebut terus dibiarkan, maka kita tunggu saja, mungkin kelompok GLM atau Basoka atau apa saja yang muncul,” pungkas Razali Yusuf.(hR/MeurahPasee).

Translate