Ketua Getar PNI : Lebih Baik
Berhenti Saja Akan Lebih Terhormat
Jakarta : Langkah Presiden Joko Widodo
(Jokowi) melakukan groundbreaking atau meresmikan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung
menuai polemik. Pasalnya tidak sedikit pihak menyangsikan negara dan rakyat
akan diuntungkan karena itu Presiden dinilai terlalu terburu-buru.
Ketua Umum
Gerakan Cinta Tanah Air Persatuan Nasionalis Indonesia (Getar PNI) Syamsuddin
Anggir Monde menilai, polemik terhadap kelangsungan proyek ini dapat membuat
hilangnya kepercayaan rakyat pada Presiden Joko Widodo termasuk pemerintahan
Jokowi-JK secara menyeluruh.
“Kalau yang
lakukan groundbreaking/meresmikan proyek cuman sekelas menteri lalu ditolak
rakyat itu masih mending, ini Presiden loh, pemimpin negeri ini, wibawa negara
jatuh rakyat semakin hilang kepercayaan, ditinggalkan. Artinya Jokowi
tidak becus memimpin lebih baik berhenti saja akan lebih terhormat,”
kata Syamsuddin, Sabtu, (29/1/2016) di Jakarta.
Syamsuddin
menyatakan, jika Presiden Joko Widodo teliti memperhitungkan untung ruginya dan
tansparan tentu publik dapat menerima baik.
Menurutnya,
untuk kesekian kali Presiden Jokowi menunjukkan sifat seorang pemimpin yang
tidak teliti dan cermat sehingga berbahaya bagi kelangsungan bangsa dan negara.
“Dulu
keliru menandatangani peraturan presiden (perpes) menaikkan uang muka pembelian
kendaraan bagi pejabat negara, salah menyebut tempat kelahiran Bung Karno, bisa
jadi proyek kereta cepat ini asal tandatangan dan groundbreaking aja.
Jangan-jangan nanti ada negara mengklaim telah membeli Indonesia, celaka kita,”
pungkasnya.
Seperti
diketahui, beredar informasi pembangunan proyek high speed train (HST) atau
kereta api cepat Jakarta-Bandung oleh investor Cina menelan biaya jauh lebih
mahal ketimbang proyek kereta cepat di Iran.
Pembangunan
kereta cepat di Indonesia dengan jarak 150 kilometer menelan dana hingga US$
5,5 miliar.
Sementara pembangunan kereta cepat di Iran dengan jarak 400
kilometer hanya membutuhkan dana US$ 2,73 miliar.
Padahal,
kedua proyek kereta cepat itu sama-sama dibangun China Railway Engineering
Corporation. Tak hanya itu, pembangunan juga sama-sama diperkirakan rampung
pada 2018, sementara
itu, Presiden Jokowi akhirnya angkat bicara menanggapi reaksi penolakan publik
terhadap kelangsungan proyek itu. Jokowi menjanjikan pada saatnya memberikan
penjelasan pada rakyat.
“Nanti semua
akan disampaikan secara detail dan rinci dari awal sampai akhir prosesnya.
Rapat-rapatnya berapa kali kemudian juga mengenai biayanya, semuanya,” kata
Jokowi kepada wartawan usai melaksanakan salat Jumat, di Masjid Fatahillah,
Balai Kota DKI Jakarta, hari Jumat (29/1/2016) siang. (RZ/DS)