Sisi Lain Pendidikan di Indonesia
Video kekerasan di dalam sekolah kembali muncul. Pelaku dan korbannya adalah anak-anak, lebih tepatnya, murid-murid sebuah sekolah swasta di tingkat dasar di Bukittingi. Video ini kembali mencoreng dunia pendidikan di Indonesia.
Tidak ada yang menyangka bahwa video ini akan tersebar luas di media sosial. Sangat gencar. Bahkan, secara pribadi, saya tidak tahu. Pertama kali tahu melalui akun G+ saya dan salah satu stasiun televisi di Indonesia. Kaget? Sudah pasti. Kita rata-rata menyebutnya sebagai bullying. Pertanyaannya bukan pada soal bullying, tetapi soal beberapa pihak yang membiarkan, seperti pihak sekolah, baik guru kelas maupun kepala sekolah. Membiarkan atau tidak tahu? Atau pura-pura tidak tahu? Kejadian ini sudah lama terjadi, di bulan Desember 2013 lalu. Bagaimana ini bisa terjadi?
Menurut salah satu psikolog yang mendampingi siswi dan keluarga tersebut, sang siswi berkata bahwa ini sudah biasa terjadi. Itu artinya, kejadian ini tidak berlangsung sekali dua kali, tetapi berkali-kali, berulang dan bersifat rutin. Sungguh miris. Wajah pendidikan dan perkembangan anak sangat miris di negeri ini. Yang menghebohkan Indonesia adalah jenis bullying nya. Para siswa mendorong, memukul dan menendangnya tanpa rasa bersalah dan mungkin riang gembira. Kenapa? Mungkin merasa senang bahwa ia telah menunjukkan kehebatannya dan kekuatannya di hadapan yang lain. Siswi ini cukup baik, katanya. Itu artinya,kemungkinan, ia tak terlalu memiliki banyak musuh. Walaupun dalam pergaulan, terutama pergaulan di abad-20 ini, kita tidak membenci orang lain, tetapi orang lain membenci kita, entah itu karena hal apa dan menjadi musuh, baik musuh terselubung maupun tidak terselubung. Pergaulan dan pertemanan memang seperti itu kadang-kadang, terutama beranjak remaja hingga dewasa. Akan tetapi, apa harus selalu menyiksa fisik?
Yang menjadi miris tentu tidak hanya sekedar siksaan fisik. Siksaan itu bersifat rutin alias sudah biasa terjadi. Rasanya, hal ini harus menjadi perhatian banyak pihak, terutama pemangku terkait, baik dari dinas pendidikan setempat, orang tua korban, orang tua pelaku, pelaku dan mungkin psikolog atau tokoh daerah/agama setempat. Siswi ini, menurut sang psikolog, merasa ini sudah terjadi biasa. Tidak ada sesuatu yang mengagetkan. Bahkan, ia tidak tahu video ini tersebar. Entah apa yang ada di benak salah satu siswa perekam video tersebut, hanya sekedar memposting iseng ke youtube atau menjadikannya bahan bukti? Perilaku anak-anak di masa pertumbuhan memang terkadang sedikit menakjubkan. Jika anak ini tidak mengupload dan tersebar di dunia maya, kejadian ini akan terus terjadi hingga siswi ini lulus. Saya pribadi berharap siswi ini segera pindah sekolah dan menemukan teman baru yang menyenangkan serta tumbuh bersama dengan segala macam permainan.
Hal ini harus dituntaskan dan dicari solusi terbaik. Hal ini penting, menurut hemat saya, karena anak-anak berhak atas masa tumbuh kembang mereka sebagai anak. Pertama, orang tua adalah pemimpin dan nahkoda utama. Mereka berdua berhak dan wajib untuk mendorong dan memantau perkembangan anaknya. Lihat apa permainan yang anak sukai. Apakah mengandung kekerasan? Biasanya, jika sudah memasuki masa puber atau menuju dewasa, mereka sudah bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Tugas orang tua yang paling berat adalah mengarahkan dan menjelaskan pada anak-anaknya tentang mana yang baik dan mana yang buruk. Itu semua ditunjang dengan tata krama, etika sopan santun dan agama. Orang tua adalah pemimpin utama keluarga yang harus membuat attitude- nya benar dan santun di tengah-tengah masyarakat. Pada akhirnya, anak ini nantinya akan tumbuh besar dan membawa nilai-nilai dan norma yang dipegang sejak kecil. Menurut saya, peran orang tua tentu paling utama. Ajak anak anda berdiskusi selagi menonton TV tentang tayangan TV. Kendalikan isi tontonan nampaknya cukup baik. Ajak mereka berbicara dari hati ke hati tentang apa yang mereka sukai, yang tidak mereka sukai atau apa yang baru saja mereka lakukan di sekolah,tempat bermain atau dari aktivitas lainnya. Tentu, setiap anak memiliki karakternya masing-masing. Jadi, yang paling tahu mengenai cara pendekatan ini adalah orang tuanya masing-masing. Karena orang tua lah yang mengetahui baik buruk sang anak. Orang tua berkewajiban untuk mengawasi dan terus membantu sang anak hingga ia mampu berdikari suatu saat nanti. Ada baiknya pula, pertengkaran orang tua dan anggota keluarga yang dewasa di dalam rumah jangan ditunjukkan pada anak. Hal ini akan mempengaruhi caranya dalam melampiaskan sesuatu atau mengelola emosi nantinya.
Kedua, letakkan anak pada lingkungan yang tepat. Sebaiknya, kenalkan anak dengan agama sejak dini. Campurkan mereka dalam lingkungan sosial yang baik. Itulah kenapa mereka mungkin dapat berkembang intelegensianya di sekolah. Pilihlah jenis sekolah yang terbaik dari segala aspek, mungkin jenis pengajarannya, prestasinya atau reputasinya. Dengan mencampurkannya pada sekolah yang cukup bagus, besar kemungkinan sang anak juga memiliki tingkat intelegensia yang cukup bagus. Walaupun tidak semua sekolah dengan nilai-nilai bagus akan murni menghasilkan anak didik yang berkualitas secara attitude. Intinya, mereka harus berada di lingkungan sosial yang tepat sehingga tumbuh menjadi insan dewasa yang memiliki banyak kemampuan dan kelebihan. Ketiga, bekali anak dengan pertahanan diri yang baik. Hal ini bukan berarti mengajarkannya kekerasan. Mungkin, anak zaman sekarang, perlu menguasai sedikit bela diri agar bisa membawa dirinya menghadapi ancaman seperti ini. Bekali anak untuk mengatakan kejujuran. Jujur terhadap apa yang dilihat dan dikatakan.Yang lebih bagus lagi, ajarkan anak cara menjadi tegas dan menjalankan kebenaran. Ini penting agar mereka bisa membenarkan apa yang salah. Dalam contoh video ini, tidak ada satu pun siswa/siswi yang memberitahu gurunya tentang apa yang salah di depan mata mereka, Itu artinya, anak-anak ini tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah. Keempat, kenal lah dengan teman-teman anak anda. Itu sangat penting. Kenapa? Selain berpahala untuk menyambung silahturahmi, hal itu berguna untuk mengetahui seluk beluk dan sifat teman anak anda. Jadi, sebagai orang tua, anda bisa berkomunikasi dan memperkirakan, barangkali juga membantu, teman anak anda tersebut. Kelima, para pelaku ada baiknya meminta maaf secara langsung di depan siswi ini sekaligus berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Bahkan jika perlu dan memungkinkan, katakan secara lugas di depan media. Mungkin, para pelaku, korban dan para orang tua bisa saling bertemu secara khusus dan para pelaku mendapatkan ganjaran hukuman yang sesuai untuk anak-anak.
Saya berharap apa yang saya tulis ini berguna dan mungkin usulan solusi bagi semua pihak terkait. Yang perlu dimengerti siswi ini adalah bahwa terkadang pergaulan atau pertemanan memang seperti itu. Entah karena alasan apapun, akan ada beberapa orang yang menjadi korban bullying. Jadi, bersikaplah sabar dan tegas melewati itu semua. Sebagai anak kecil, mereka mungkin akan menyangka ini sekedar permainan. Namun, bagi kami, generasi muda yang sedang beranjak dewasa, rasayanya tak akan membiarkan saudara atau anak kami diperlakukan seperti ini. Orang tua siswi (korban) ini, orang tua anak-anak Indonesia dan mungkin saya pribadi ikut prihatin. Miris karena anak yang sebaiknya senang bermain dan tumbuh dengan segala kemampuan interpersonal dan intrapersonal justru terbebani oleh ulah iseng siswa lain. Ketegasan itu perlu. Belum tentu ceramah biasa akan mengubah perilaku para siswa pelaku. Hukuman yang sangat berat untuk usia anak-anak pun bisa jadi akan membuat pelaku menyimpan dendam di masa mendatang. Hal inilah yang harus diwaspadai. Saran terbesar saya adalah segera pisahkan mereka, korban dan para pelaku. Pindahkan siswi korban ini ke sekolah lain karena lingkungan sekolah ini sepertinya tidak tepat.Lingkungan seperti ini tidak tepat untuk pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut nantinya.Terlebih, ia adalah anak perempuan.

Tidak ada yang menyangka bahwa video ini akan tersebar luas di media sosial. Sangat gencar. Bahkan, secara pribadi, saya tidak tahu. Pertama kali tahu melalui akun G+ saya dan salah satu stasiun televisi di Indonesia. Kaget? Sudah pasti. Kita rata-rata menyebutnya sebagai bullying. Pertanyaannya bukan pada soal bullying, tetapi soal beberapa pihak yang membiarkan, seperti pihak sekolah, baik guru kelas maupun kepala sekolah. Membiarkan atau tidak tahu? Atau pura-pura tidak tahu? Kejadian ini sudah lama terjadi, di bulan Desember 2013 lalu. Bagaimana ini bisa terjadi?
Menurut salah satu psikolog yang mendampingi siswi dan keluarga tersebut, sang siswi berkata bahwa ini sudah biasa terjadi. Itu artinya, kejadian ini tidak berlangsung sekali dua kali, tetapi berkali-kali, berulang dan bersifat rutin. Sungguh miris. Wajah pendidikan dan perkembangan anak sangat miris di negeri ini. Yang menghebohkan Indonesia adalah jenis bullying nya. Para siswa mendorong, memukul dan menendangnya tanpa rasa bersalah dan mungkin riang gembira. Kenapa? Mungkin merasa senang bahwa ia telah menunjukkan kehebatannya dan kekuatannya di hadapan yang lain. Siswi ini cukup baik, katanya. Itu artinya,kemungkinan, ia tak terlalu memiliki banyak musuh. Walaupun dalam pergaulan, terutama pergaulan di abad-20 ini, kita tidak membenci orang lain, tetapi orang lain membenci kita, entah itu karena hal apa dan menjadi musuh, baik musuh terselubung maupun tidak terselubung. Pergaulan dan pertemanan memang seperti itu kadang-kadang, terutama beranjak remaja hingga dewasa. Akan tetapi, apa harus selalu menyiksa fisik?
Yang menjadi miris tentu tidak hanya sekedar siksaan fisik. Siksaan itu bersifat rutin alias sudah biasa terjadi. Rasanya, hal ini harus menjadi perhatian banyak pihak, terutama pemangku terkait, baik dari dinas pendidikan setempat, orang tua korban, orang tua pelaku, pelaku dan mungkin psikolog atau tokoh daerah/agama setempat. Siswi ini, menurut sang psikolog, merasa ini sudah terjadi biasa. Tidak ada sesuatu yang mengagetkan. Bahkan, ia tidak tahu video ini tersebar. Entah apa yang ada di benak salah satu siswa perekam video tersebut, hanya sekedar memposting iseng ke youtube atau menjadikannya bahan bukti? Perilaku anak-anak di masa pertumbuhan memang terkadang sedikit menakjubkan. Jika anak ini tidak mengupload dan tersebar di dunia maya, kejadian ini akan terus terjadi hingga siswi ini lulus. Saya pribadi berharap siswi ini segera pindah sekolah dan menemukan teman baru yang menyenangkan serta tumbuh bersama dengan segala macam permainan.
Hal ini harus dituntaskan dan dicari solusi terbaik. Hal ini penting, menurut hemat saya, karena anak-anak berhak atas masa tumbuh kembang mereka sebagai anak. Pertama, orang tua adalah pemimpin dan nahkoda utama. Mereka berdua berhak dan wajib untuk mendorong dan memantau perkembangan anaknya. Lihat apa permainan yang anak sukai. Apakah mengandung kekerasan? Biasanya, jika sudah memasuki masa puber atau menuju dewasa, mereka sudah bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Tugas orang tua yang paling berat adalah mengarahkan dan menjelaskan pada anak-anaknya tentang mana yang baik dan mana yang buruk. Itu semua ditunjang dengan tata krama, etika sopan santun dan agama. Orang tua adalah pemimpin utama keluarga yang harus membuat attitude- nya benar dan santun di tengah-tengah masyarakat. Pada akhirnya, anak ini nantinya akan tumbuh besar dan membawa nilai-nilai dan norma yang dipegang sejak kecil. Menurut saya, peran orang tua tentu paling utama. Ajak anak anda berdiskusi selagi menonton TV tentang tayangan TV. Kendalikan isi tontonan nampaknya cukup baik. Ajak mereka berbicara dari hati ke hati tentang apa yang mereka sukai, yang tidak mereka sukai atau apa yang baru saja mereka lakukan di sekolah,tempat bermain atau dari aktivitas lainnya. Tentu, setiap anak memiliki karakternya masing-masing. Jadi, yang paling tahu mengenai cara pendekatan ini adalah orang tuanya masing-masing. Karena orang tua lah yang mengetahui baik buruk sang anak. Orang tua berkewajiban untuk mengawasi dan terus membantu sang anak hingga ia mampu berdikari suatu saat nanti. Ada baiknya pula, pertengkaran orang tua dan anggota keluarga yang dewasa di dalam rumah jangan ditunjukkan pada anak. Hal ini akan mempengaruhi caranya dalam melampiaskan sesuatu atau mengelola emosi nantinya.
Kedua, letakkan anak pada lingkungan yang tepat. Sebaiknya, kenalkan anak dengan agama sejak dini. Campurkan mereka dalam lingkungan sosial yang baik. Itulah kenapa mereka mungkin dapat berkembang intelegensianya di sekolah. Pilihlah jenis sekolah yang terbaik dari segala aspek, mungkin jenis pengajarannya, prestasinya atau reputasinya. Dengan mencampurkannya pada sekolah yang cukup bagus, besar kemungkinan sang anak juga memiliki tingkat intelegensia yang cukup bagus. Walaupun tidak semua sekolah dengan nilai-nilai bagus akan murni menghasilkan anak didik yang berkualitas secara attitude. Intinya, mereka harus berada di lingkungan sosial yang tepat sehingga tumbuh menjadi insan dewasa yang memiliki banyak kemampuan dan kelebihan. Ketiga, bekali anak dengan pertahanan diri yang baik. Hal ini bukan berarti mengajarkannya kekerasan. Mungkin, anak zaman sekarang, perlu menguasai sedikit bela diri agar bisa membawa dirinya menghadapi ancaman seperti ini. Bekali anak untuk mengatakan kejujuran. Jujur terhadap apa yang dilihat dan dikatakan.Yang lebih bagus lagi, ajarkan anak cara menjadi tegas dan menjalankan kebenaran. Ini penting agar mereka bisa membenarkan apa yang salah. Dalam contoh video ini, tidak ada satu pun siswa/siswi yang memberitahu gurunya tentang apa yang salah di depan mata mereka, Itu artinya, anak-anak ini tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah. Keempat, kenal lah dengan teman-teman anak anda. Itu sangat penting. Kenapa? Selain berpahala untuk menyambung silahturahmi, hal itu berguna untuk mengetahui seluk beluk dan sifat teman anak anda. Jadi, sebagai orang tua, anda bisa berkomunikasi dan memperkirakan, barangkali juga membantu, teman anak anda tersebut. Kelima, para pelaku ada baiknya meminta maaf secara langsung di depan siswi ini sekaligus berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Bahkan jika perlu dan memungkinkan, katakan secara lugas di depan media. Mungkin, para pelaku, korban dan para orang tua bisa saling bertemu secara khusus dan para pelaku mendapatkan ganjaran hukuman yang sesuai untuk anak-anak.
Saya berharap apa yang saya tulis ini berguna dan mungkin usulan solusi bagi semua pihak terkait. Yang perlu dimengerti siswi ini adalah bahwa terkadang pergaulan atau pertemanan memang seperti itu. Entah karena alasan apapun, akan ada beberapa orang yang menjadi korban bullying. Jadi, bersikaplah sabar dan tegas melewati itu semua. Sebagai anak kecil, mereka mungkin akan menyangka ini sekedar permainan. Namun, bagi kami, generasi muda yang sedang beranjak dewasa, rasayanya tak akan membiarkan saudara atau anak kami diperlakukan seperti ini. Orang tua siswi (korban) ini, orang tua anak-anak Indonesia dan mungkin saya pribadi ikut prihatin. Miris karena anak yang sebaiknya senang bermain dan tumbuh dengan segala kemampuan interpersonal dan intrapersonal justru terbebani oleh ulah iseng siswa lain. Ketegasan itu perlu. Belum tentu ceramah biasa akan mengubah perilaku para siswa pelaku. Hukuman yang sangat berat untuk usia anak-anak pun bisa jadi akan membuat pelaku menyimpan dendam di masa mendatang. Hal inilah yang harus diwaspadai. Saran terbesar saya adalah segera pisahkan mereka, korban dan para pelaku. Pindahkan siswi korban ini ke sekolah lain karena lingkungan sekolah ini sepertinya tidak tepat.Lingkungan seperti ini tidak tepat untuk pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut nantinya.Terlebih, ia adalah anak perempuan.
No comments:
Post a Comment